Sabtu, 17 Januari 2009

Duka dan Harapan Pahlawan Adipura


Kehidupan yang dijalani oleh para pekerja penyapu jalan dan pembuang sampah di Kota Pangkalpinang, layaknya diibaratkan pribahasa sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah Bekerja di atas kubangan dengan kotoran dan sampah, perhatian aparat malah tak ada.

Kendati demikian, para pekerja ini sama sekali tidak melalaikan kewajiban akan tugas yang diberikan kepada mereka. Sebagaimana dialami Mujiono, selaku pekerja harian lepas di Tim Kuning. Meski gaji diterima kecil, namun tidak menyurutkan niatnya untuk terus menekuni pekerjaannya yang telah dilakoni selama hampir 13 tahun itu.

Pertama bekerja, Mujiono menerima upah sebesar Rp 65.000. Lalu meningkat menjadi Rp 150.000 dan meningkat lagi menjadi Rp 350.000. Pada tahun 2007 gaji itu bertambah menjadi Rp 600.000 jika bekerja pada pagi hari.

Sementara fasilitas yang mereka terima sebagai perlengkapan kerja dimulai dari pakaian dinas rutin tiap tahun, sepatu, dan sapu lidi. Diakui Mujiono, untuk menyapu jalan dalam kota ini setiap bulannya membutuhkan sejumlah 12 batang sapu lidi. Dari 12 batang sapu yang dibutuhkan, mereka hanya menerima 6 batang, sehingga untuk menutupi kekurangan itu mereka harus membeli sendiri, dengan nilai sebesar 20.000 perbulannya. Namun dalam beberapa bulan terakhir, sejak Kota Pangkalpinang mendapatkan penghargaan Piala Adipura, sapu lidi diberikan 12 batang.

...

K3 Penyapu Jalan Tidak Terjamin

Kebersihan Kota Pangkalpinang tidak terlepas dari peran serta masyarakat dengan Dinas Kebersihan dan Kebakaran Kota Pangkalpinang. Atas kebersihan itu, kota ini mendapatpenghargaan Piala Adipura. Terjaminnya kebersihan Kota Pangkalpinang, berkat kerja keras dan kedisiplinan Pasukan Kuning yang terdiri dari penyapu jalan, pencabut rumput, kenek dan sopir mobil sampah serta tim motor sampai ke lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Sebagai pekerja yang berkubang dengan kotoran sampah yang merupakan sumber segala kuman dan penyakit, selayaknya Pemkot Pangkalpinang memberikan perhatian yang lebih terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) para pekerja penyapu dan pembuang sampah jalan ini.

Investigasi Metro Bangka Belitung di berbagai lokasi hingga ke TPA, menemukan berbagai masalah K3 yang tak terpenuhi. Seorang operator alat berat di TPA Parit VI, Suheli, mengungkapkan perhatian dari Dinas Kebersihan dan Kebakaran terhadap jaminan K3bagi para pekerja kurang sekali. Itu dibuktikan dengan tidak dilengkapinya para pekerja dengan masker. Untuk menghindari bau yang tak sedap, dan menyengat pada saat mereka bekerja, maka mereka berusaha dengan apa adanya, yaitu dengan menutup hidung sampai mulut dengan sobekan kain seadanya dan ada juga yang tidak memakai sama sekali.

Lain halnya dengan Hudin, bahkan dia bekerja tidak memakai sarung tangan sama sekali. Alasannya dengan menggunakan sarung tangan dapat menyulitkan pekerjaannya pada saat membersihkan sampah, yang datang ke TPA.

Perawatan Kesehatan

Sementara pekerja lainnya, Suheli, mengungkapkan, pernah mengalami kecelakaan lalu lintas bersama istrinya yang mengakibatkan istrinya meninggal dunia. Ia pernah merujuk istrinya ke suatu rumah sakit, namun sayang semua biaya rumah sakit dia tanggung sendiri. Bahkan ia sempat mengkonfirmasi hal itu ke Dinas Kebersihan, tapi tidak ada reaksi.


dikutip dari : Metro Bangka Belitung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar