Rabu, 14 Januari 2009

Bumiku.. Serumpun Sebalai..

Begitu dengar kabar kalau ada Kompetisi Website Kompas Muda - Im3 yang bertema Jadilah Sahabat Bumi,, langsung deh kami nyoba buat ikutan.. Alasan utamanya bukan karena pengen menang dan dapetin hadiah yang ‘lumayan’ itu (tapi kalau menang, syukur alhamdulillah deh. hehehe.) Tapi karena kita cinta dan peduli sama keadaan bumi kita sekarang. Secara kampung halaman tempat tinggal kita sekarang tuh kondisi lingkungannya semakin memprihatinkan. Lewat blog ini,, minimal kita bisa berbagi cerita dengan orang - orang yang juga peduli lingkungan untuk sekedar referensi aja sih biar kedepan kalau kita mau bertindak, kita bisa memikirkan dampak buat lingkungan juga. Lebih baik lagi kalau bisa menyalurkan semangat jiwa muda untuk bisa berpartisipasi dalam membenahi lingkungan kita. Yap, PARTISIPASI!! itu kunci utamanya. Nggak mau kan lihat lingkungan kita semakin hari kondisinya semakin memprihatinkan??

Contohnya kondisi lingkungan Pulau Bangka (kampung halaman tercinta kami tentunya). Pulau yang kaya akan tambang timahnya dulu sekitar tahun ’70-‘80an,, berdasarkan cerita mama sama papa Pulau Bangka itu pulau yang indah banget (pernah nonton laskar pelangi kan?). Disini banyak ditemukan bukit - bukit dengan pohon yang rindang dan pantai - pantai dengan ombak biru dan tenang tempat rekreasi keluarga. Pokoknya gak kalah deh sama Bali yang ramai dikunjungi para turis itu. karena lingkungan disini masih alami dan belum tersentuh tangan - tangan ‘nakal’. Di Kota Pangkalpinang ada satu sungai yang dikenal dari dulu dengan nama Sungai Rangkui. Sungai ini airnya jernih banget. Saking jernihnya, kalau kita berdiri di atas sungai ikan - ikan kecil yang hidup di dasar sungai juga bisa kelihatan. Selain itu, Sungai Rangkui juga bisa jadi tempat mancing, nyuci baju, mandi, kadang - kadang kalau sore banyak yang naik perahu sambil jalan - jalan.

Tapii,, itu semua tinggal cerita. Sungai rangkui yang dulu jadi kebanggaan masyarakat pangkalpinang sekarang ini warna airnya udah kayak susu coklat. Jorok banget!!! Udah airnya jorok sampah di permukaannya yang mengapung udah gak kehitung lagi saking banyaknya. Ini semua karena banyak tambang - tambang timah illegal di hulu sungai yang bikin limbah air sisa penambangan mengalir bersama arus sungai. Dan kesadaran masyarakat yang kurang untuk menjaga lingkungan yang bersih. Gag ada lagi pemandangan indah seperti yang pernah diceritain. Kalau mau dibikin pertanyaan,, kira - kira pertanyaannya akan muncul begini ‘bisa gag ya kita menyaksikan lagi pemandangan indah era tahun ’70-‘80an?’

Sekarang,, yang ada hanya pemandangan ‘lubang camui’. Itu tuh,, lahan bekas penambangan yang ditinggal begitu aja sama para penambang nggak bertanggungjawab!! Gag salah sih nambang, karena itu kan kekayaan alam kita juga. Tapi bukan berarti bisa semena - mena dong. Mereka hanya mementingkan kepentingan mereka buat mengeruk rezeki yang berlimpah tanpa memikirkan dampaknya terhadap lingkungan. Bisa dibayangkan kalau alam sekarang udah dirusak trus gimana nasib buat generasi muda akan datang? Apalagi yang bisa diwariskan selain dari hasil alam itu sendiri?

...

Perbedaan mencolok bisa dilihat antara kota - kota besar seperti Jakarta dengan Pangkalpinang. Kalau kita mau ke Jakarta dari udara yang kelihatan cuma gedung - gedung tinggi. Nah kalau mau ke Pangkalpinang dari udara yang kelihatan justru pemandangan lubang - lubang camui kayak borok di tubuh kita.

Di kota kami yang kecil dan nggak segede Jakarta, Bandung dkk aja dampak merugikan dari rusaknya lingkungan kerasa banget. Dari lubang camui yang tergenang air tadi bikin presentase penyakit malaria semakin meningkat, gundulnya hutan - hutan juga bikin kotaku jadi sering dilanda banjir kalo musim ujan, lebih parah lagi karena timahnya udah pada keluar dari perut bumi bikin rawan banget hujan petir. Alat elektronik jadi sering banget rusak karena kesambar petir. Meningkatnya polusi udara juga bikin udara Pangkalpinang yang awalnya memang sudah panas karena berada di pesisir pantai jadi tambah panas!!

Kalo udah kayak gini,, siapa yang peduli sama lingkungan kalau bukan kita sendiri?? Sebenarnya, daripada kita saling menyalahkan siapa yang merusak lingkungan lebih baik introspeksi aja dulu sejauh mana partisipasi kita dalam membenahi lingkungan.. Kan seperti yang dibilang dari awal tadi, kata kuncinya adalah partisipasi. Gag perlu menyuruh orang lain buat duluan ngerjain,, harusnya kita sendiri yang mulai. Lebih bagus kalo inisiatif kita untuk ‘berbenah’ ini bisa menular ke orang - orang di sekitar kita. Semakin banyak orang yang berpartisipasi kan hasilnya juga semakin baik? Dari hal yang paling kecil aja deh buat remaja seumuran kita yaitu gag membuang sampah sembarangan. Karena tumpukan sampah di bumi ini sudah semakin menggunung. Bumi ini kan milik kita, bukan milik sampah. Masa kita kalah eksis dibanding sampah sih? Malu dong!

Selain itu kalau memang kita ingin jadi sahabat bumi ikut dong berpartisipasi bersama pemerintah daerah dan masyarakat dalam membenahi lingkungan kita sendiri. Misalnya bersama - sama ikut dalam kegiatan penanaman sejuta pohon di lahan - lahan gundul yang di daerah kami penghijauan itu disebut dengan ‘green babel project’.

Alhamdulillah partisipasi antara pemerintah daerah dan masyarakat udah mulai kelihatan. Ini terbukti dengan hampir setiap hari Minggu pagi seluruh elemen masyarakat bergotong royong membersihkan lingkungan dan menanam pohon (pohon apa aja boleh kok). Kepengennya sih hari Minggu bisa dijadikan ‘Minggu Bersih’. hehehe. Hasilnya udah 2 tahun terakhir ini kita bisa meraih penghargaan Adipura, penghargaan buat kota - kota paling bersih di Indonesia. Mudah - mudahan aja dengan adanya penghargaan Adipura tersebut masyarakat semakin termotivasi untuk peduli dengan lingkungan. Sehingga kita emang bisa jadi sahabat bumi yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar